I watched thee when the foe was at our side
Aku melihatmu ketika lawan sedang berada disamping kita
Ready to strike at him, or thee and me
Siap untuk menyerangnya, atau kamu atau saya
Were safety hopeless rather than divide
Apakah ada harapan keselamatan lebih dari terpisah
Aught with one loved, save love and liberty.
Mencintai seseorang dengan apapun, menyimpan cinta dan memberanikan diri
I watched thee in the breakers when the rock
Aku melihatmu dalam gelombang besar berbatu karang
Received our prow and all was storm and fear
Menerima haluan kami dan semua adalah badai dan rasa takut
And bade thee cling to me through every shock
Dan kamu memerintahkan kepada saya untuk berpegang teguh dalam melalui setiap goncangan
This arm would be thy bark or breast thy bier.
Lengan ini akan menghardik Mu atau menghadapi tandu jenazah Mu.
I watched thee when the fever glazed thine eyes
Aku melihatmu ketika demam sayu matamu
Yielding my couch, and stretched me on the ground
Melengkungkan tempat tidurku dan merentangkanku dalam tanah
When overworn with watching, ne’er to rise
Ketika memperhatikan dengan menonton, tak bereaksi
From thence, if thou an early grave hadst found.
Dari situ, permulaan kamu di temukan terkubur di neraka
The earthquake came and rocked the quivering wall
Gempa datang dan mengguncang dinding bergetar
And men and Nature reeled as if with wine
Dan laki-laki dan Alam tergulung seolah-olah seperti minuman anggur
Whom did I seek around the tottering Hall
Yang saya lihat sekeliling ruangan berjalan terhuyung-huyung
For thee, whose safety first provide for thine.
Engkau yang pertama menyediakan keselamatan
And when convulsive throes denied my breath
Dan ketika kejang sakaratul maut meniadakan nafasku
The faintest utterance to my fading thought
Ungkapan samar dengan kehilangan pikiranku
To thee, to thee, even in the grasp of death
Kepadamu, kepadamu, bahkan diambang kematian
My spirit turned. Ah! Oftener than it ought.
Semangat saya berubah. Ah! Lebih sering daripada seharusnya.
Thus much and more, and yet thou lov’st me not,
Demikian banyak dan lebih, namun engkau tidak mencintaiku
And never wilt, Love dwells not in out will
Dan tidak pernah layu, cinta tetap tinggal
Nor can I blame thee, though it be my lot
Saya juga tidak bisa menyalahkan kamu, meskipun itu nasibku
To strongly, wrongly, vainly, love thee still.
Dengan kuat, salah, sia, sia, Engkau masih mengasihi.
In my opinion, puisi diatas menceritakan tentang perjuangan, cinta antar manusia di dunia dengan Tuhan. Mungkin, yang kita lihat dan rasakan manusia bisa mencintai sesama tetapi tidak seperti kasih Tuhan. Ia yang membantu, mengasihi manusia dalam kondisi apapun. Dan mengingatkan kita akan perihal akhirat bahwa itu nyata adanya. Sekian. Semoga kita termasuk dalam surga-Nya aamiin👼
0 komentar:
Posting Komentar